Selasa, 10 Januari 2012

"The Next Level"


“THE”
Menurut Kamus Lengkap Inggris-Indonesia (Prof. Drs.S. Wojowasito & Drs. Tito Wasito W.), kata ‘The’ adalah kata penyerta (ini, itu). Menurut kamus Inggris-Indonesia lainnya, ‘The’ untuk menunjukkan sesuatu yang telah tertentu. Kenapa tema G-Pro harus memakai kata ‘The’? Ini menjadi pertnyaan buat saya. Ternyata ‘The’ disini tidak dipakai untuk bagus saja, ternyata ada maknanya juga. Sesuai dengan penjabaran di atas, kata ‘The’ menurut saya merupakan suatu penekanan yang menunjukkan sesuatu yang tertentu. Saya melihat bahwa kalimat berikut dari tema G-Pro kali ini adalah sesuatu yang sudah spesifik/khusus, jadi haruslah ditekankan kekhususan itu.

“NEXT”
Dari beberapa kamus Inggris-Indonesia, arti kata ‘Next’ menunjuk kepada hal yang berikutnya, yang akan datang, lanjutnya. Kata “Next’ dipakai untuk sesuatu yang melangkah ke hal yang berikutnya atau lanjutannya. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, kata ‘lanjut’ berarti terus, lagi, tidak tanggung. Saya berpikir-pikir tentang kata ‘Next’ ini, tentunya kalau ‘Next’ menunjuk kepada yang berikutnya atau lanjutan, tentunya saya sebisa mungkin harus menuju kepada yang lebih lagi, bukannya malah mundur..

“LEVEL”
Sekali lagi diambil dari beberapa kamus, kata ‘Level’ menunjuk kepada nilai, tingkat, mutu, derajat. Saya ambil salah satunya yaitu ‘tingkat’, dari Kamus besar bahasa Indonesia, arti kata ‘tingkat’ adalah tahap. Saya memikirkan, Level = Tingkat = Tahap. Berarti yang mau dicapai adalah tingkatan-tingkatan atau tahapan-tahapan. Saya diingatkan dengan lift, lift di sebuah apartemen bertingkat 30, apabila ada seseorang yang mau ke lantai 30 dari lantai 1, pastinya lift tersebut tidak langsung menuju ke tingkat 30, tetapi lift tersebut tetap melewati tingkat 2 sampai 29 dari gedung tersebut. So, saya jadi ngeh berarti memang benar tingkatan-tingkatan adalah tahapan-tahapan juga.

Hmmm... saya mulai mengerti. Saya menyimpulkan “The Next Level” adalah tahapan atau tingkatan lanjutan yang khusus ditekankan pada sesuatu yang lebih maju. Seperti halnya Yesus, Dia, pada saat datang ke dunia ini, tidak langsung berumur 30 tahun. Tetapi Yesus mengalami tahapan-tahapan dari segi fisik, mental dan roh yang terus meningkat. (J)

“Dan Yesus makin beratambah besar dan bertambah hikmat-Nya dan besar-Nya, dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia.”
Lukas 2:52 (TB LAI)

“Dan Yesus bertumbuh dalam hikmat dan kualitas mentalnya, dan dikasihi Allah dan manusia.”
Lukas 2:52 (terjemahan bebas NIV)

“Yesus menjadi bijaksana, dan bertumbuh kuat. Allah senang dengan-Nya dan begitu juga orang-orang.”
Lukas 2:52 (terjemahan bebas CEV)

“Dan Yesus meningkat di dalam hikmat dan kualitas mentalnya,dan dikasihi Allah dan manusia.”
Lukas 2:52 (terjemahan bebas KJV)

==Kehidupan Yang Merdeka==


“Merdeka atau mati?!”

Pernah dengar seruan seperti itu? Pasti pernah donk ya. Apalagi kalau kita pernah belajar tentang sejarah perjuangan para pahlawan Indonesia. Mereka mempunyai prinsip dalam perjuangan mereka adalah merdeka atau mati. Pilihannya hanya 2, para pahlawan mati atau berjuang terus untuk kemerdekaan Indonesia dari penjajahan. Coba dipikirkan, kita maunya merdeka atau mati? Pastinya mau merdeka, karena kematian itu digambarkan sebagai sesuatu yang tidak menyenangkan. Kematian berarti tidak hidup lagi, hilang nyawa. Merdeka berarti bebas dari tekanan, bebas dari penjajahan, tidak terikat.
Sekarang Indonesia sudah berada dalam situasi merdeka dari penjajah. Kita juga merayakan hari kemerdekaan Bangsa Indonesia setiap tanggal 17 Agustus. Apa yang bisa kita renungkan dari kemerdekaan Indonesia? Bagaimana dengan diri kita, apakah kita sudah menjadi manusia yang merdeka? Merdeka dari apa?
Kita harus merdeka dari dosa sehingga dari kemerdekaan itu kita memperoleh kehidupan. Kita akan sama-sama melihat dari Roma 8:1-14.
Hidup kita dahulu adalah di dalam dosa, ada dosa asal yang kita sandang dari lahir. Karena dosa itulah kita akan mati. Kita hidup menurut daging, memikirkan hal-hal yang dari daging, hidup berseteru dengan Allah, tidak berkenan kepada Allah dan berujung kepada maut. Beberapa perbuatan daging dijabarkan pada Galatia 5:19-21a yaitu percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, … dan sebagainya. Jadi bagaimana kita bisa merdeka?
Tuhan memberikan jalan keluar yang terindah melalui Anak-Nya yang tunggal, yaitu Yesus Kristus. Yesus diutus oleh Bapa-Nya untuk datang ke dunia menjadi sama dengan manusia (namun Ia tidak berdosa) supaya hukuman dosa yang seharusnya kita tanggung, ditanggung oleh Yesus Kristus. Jadi kita sudah dimerdekakan dari hukum dosa dan hukum maut. Sekarang yang menjadi bagian kita adalah kita mengaku dengan mulut kita bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan dan percaya dalam hati bahwa Yesus Kristus adalah Juruselamat kita (Roma 10:9).
Namun tidak sampai disitu saja, Tuhan juga memateraikan kita dengan Roh Kudus (Efesus 1:13b). Roh Kudus diam di dalam hidup kita, sehingga kita tidak lagi hidup menurut daging melainkan menurut Roh, memikirkan hal-hal yang dari Roh sehingga kita hidup dan merasakan damai sejahtera. Kita juga harus hidup dipimpin oleh Roh Kudus. Bagaimana hidup dipimpin oleh Roh Kudus? Bagaimana kita bisa dipimpin oleh Roh Kudus?
Hidup dipimpin oleh Roh Kudus adalah hidup yang taat kepada Dia karena apa yang Dia katakan adalah kebenaran semata. Jadi, kita harus mengadakan pesekutuan dengan Dia melalui doa dan pembacaan Firman Tuhan setiap hari sehingga kita mengetahui kebenaran. Pada akhirnya yang keluar dari hidup kita adalah buah Roh yaitu kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri (Galatia 5:22-23a). 

(J)

~Ajarlah Kami Menghitung Hari-Hari~


Mazmur 90:12
Ajarlah kami menghitung hari-hari
kami sedemikian,
            hingga kami beroleh hati yang
            bijaksana.

Ajarlah kami
Ajarlah akar katanya adalah ajar. Ajar menurut kamus bahasa Indonesia berarti petunjuk yang diberikan agar seseorang mau menuruti (mengetahui sesuatu). Tambahan akhiran -lah, menurut kamus bahasa Indonesia, berfungsi menegaskan kata kerja dan mengandung makna perintah (meminta, red.). Jadi kalau digabungkan, dengan memakai kata-kata sendiri, ajarlah bermakna memerintahkan (meminta, red.) kepada seseorang supaya memberikan petunjuk untuk dituruti.
Dalam ayat ini, ajarlah kami, berarti meminta Tuhan memberikan petunjuk untuk kita semua turuti. Kita dalam hal ini juga dengan rela hati memberikan diri untuk diajar oleh Tuhan. Yang diperlukan untuk mau diajar adalah kerendahan hati, karena tanpa kerendahan hati, kita akan bisa diajar, karena diajar adalah menuruti apa yang diajarkan oleh orang yang mengajar, dalam hal ini adalah Tuhan.

Menghitung
Menghitung akar katanya adalah hitung. Hitung dalam kamus bahasa Indonesia berarti membilang termasuk menjumlah, membagi, mengalikan. Awalam me- di sini mengandung makna melakukan. Menghitung disini bermakna melakukan pembilangan, perhitungan. Kata kerja yang terbentuk adalah kata kerja aktif. Jadi menghitung ini diperlukan peran aktif dari objek, yaitu kita.

Hari-hari kami
Hari, salah satu arti menurut kamus bahasa Indonesia adalah waktu antara pagi sampai pagi lagi (24 jam). Pengulangan kata hari disini kalau ditelaah mengandung makna banyak, bukan hanya satu hari saja. Satu hari terdiri dari 24 jam, 1.440 menit, 86.400 detik. Kalau hari-hari akan membentuk satu tahun (365-366 hari), dua tahun (730-732 hari), tiga tahun (1.095-1.098 hari) dan seterusnya. Wow, kalau dilihat dari angka-angka yang ada, ternyata satu hari itu bisa dipecah jadi bentuk yang lebih kecil tapi besar angkanya, dan satu hari juga bisa digabungkan jadi bentuk yang lebih besar dengan angka yang bertambah besar juga.

Sedemikian
Kata sedemikian disini merupakan kata bilangan tak tentu, yaitu kata bilangan yang menyatakan jumlah sesuatu (benda) yang tak tentu.

"Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian" dimaknai permintaan kepada Tuhan untuk kita dapat membilang (menghitung) jam, menit, detik, tahun kita yang tidak tidak tentu, tidak ada batasannya. Jadi karena hari kita tidaklah terbatas, maka kita harus mempergunakan hari-hari kita dengan sebaik-baiknya, hati-hati. Karena kita tidak bisa bergerak sendiri, maka kita minta kepada Tuhan untuk mengajar kita,  bukan langsung bisa, tapi diajar. Pelan-pelan, dari hari ke hari, langkah demi langkah. Dengan kita diajar dari hari ke hari maka kita bisa menghitung hari-hari kita sedemikian, kita bisa mengetahui apakah kita mempergunakan waktu kita dengan maksimal, dengan baik, dengan sungguh-sungguh, dengan benar atau kita malah menggunakan waktu kita untuk hal-hal yang tidak berguna dan malah hanya mengerjakan apa yang tidak benar di mata Tuhan. Kita juga diajar untuk menghitung berkat yang sudah Tuhan berikan untuk kita. Maka sekali lagi ditekankan kita harus minta Tuhan untuk mengajar kita, kita pun harus mempunyai hati yang mau diajar oleh Tuhan agar kita dapat menggunakan hari-hari kita untuk kemuliaan nama Tuhan.

Hingga kami beroleh
Hingga menurut kamus bahasa Indonesia artinya adalah sampai, sampai menjadi. Hingga juga merupakan kata sambung yang menyatakan sebab dan akibat. Kada 'hingga' disini menyambungkan antara kalimat sebelumnya dengan kalimat setelahnya.
Beroleh kata dasarnya adalah oleh, yang merupakan kata depan, karena ditambah dengan awalan ber- maka menjadi kata kerja. Beroleh artinya menerima, mendapatkan, boleh, dapat. Kalau digabung 'hingga kami beroleh' berarti sampai kami menerima, mendapatkan; sesuatu sampai diterima/didapatkan akibat dari "Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian".

Hati yang bijaksana
Hati disini bukan menunjuk kepada organ tubuh manusia, tetapi hati disini menunjuk kepada sesatu yang dimiliki manusia sebagai tempat perasaan, batin. Batin itu sendiri dalam kamus bahasa Indonesia menunjuk kepada sesatu yang berkaitan dengan perasaan hati, semangat, ruh.
Bijaksana merupakan kata sifat yang artinya menurut kamus bahasa Indonesia adalah selalu menggunakan akalnya dalam menghadapi atau memecahkan masalah, selalu menggunakan akal budinya, selalu mengandalkan pikirannya yang berilmu; tajam pikiran, pandai, arif, selalu cermat dan tidak emosional dalam menghadapi atau memecahkan suatu masalah.
Berarti hati yang bijaksana adalah perasaan kita yang cermat, arif, yang tidak emosional dalam menghadapi atau memecahkan masalah. Dalam kata lain, batin kita dibaharui untuk bertindak hati-hati.

Kesimpulan
Ajarlah kami menghitung hari-hari
kami sedemikian,
            hingga kami beroleh hati yang
            bijaksana.

Mintalah kepada Tuhan supaya memberikan petunjuk kepada kita untuk kita dapat menghitung hari-hari kita, setiap waktunya dalam hidup kita. Kita tidak menggunakan waktu yang ada untuk hal-hal yang tidak memuliakan Tuhan, melainkan melakukan perbuatan sesuai dengan petunjuk yang sudah Tuhan berikan kepada kita. Itu semua mengakibatkan kita sampai menerima/mendapatkan batin yang arif, cermat, tidak emosional. Batin yang dibaharui dari hari ke hari sesuai dengan kebenaran Firman Tuhan dan hidup kita dipimpin terus oleh Roh Tuhan.


(J) 10-11 Agustus 2009

Ajar Kami Menghitung Hari-Hari Kami

Mazmur 90:12
Ajarlah kami menghitung hari-hari
kami sedemikian,
            hingga kami beroleh hati yang
            bijaksana.

Ajarlah aku menghitung hari-hariku sedemikian.
Hari-hari.
Ajar aku Tuhan untuk menghitung setiap jam, setiap menit, setiap detik dalam hariku.
Ajar aku Tuhan untuk menghitung setiap waktu dalam hariku.
Ajar aku Tuhan untuk menghitung setiap langkah dalam hariku.
Ajar aku Tuhan untuk menghitung yang sudah aku lakukan dalam hariku.
Ajar aku Tuhan untuk menghitung yang akan aku lakukan dalam hariku.
Ajar aku Tuhan untuk menghitung berkat yang sudah Kau berikan dalam hariku.
Ajar aku Tuhan untuk menghitung anugerahMu dalam hariku.
Ajar aku Tuhan untuk menghitung hari-hariku sedemikian.

Hingga aku beroleh hati yang bijaksana.
Hati bijaksana.
Apabila aku memakai hariku dengan baik.
Apabila aku memakai hariku dengan berguna.
Apabila aku memakai hariku dengan memberkati.
Apabila aku memakai hariku dengan menabur kebaikan.
Apabila aku memakai hariku dengan sukacita.
Apabila aku memakai hariku dengan sungguh-sungguh.
Apabila aku memakai hariku dengan tidak sembarangan.
Apabila aku memakai hariku dengan bijaksana.

Pada akhirnya,
Aku akan memperoleh hati yang bijaksana
karena aku mempergunakan hari-hariku dengan baik,
untuk sesuatu yang berguna,
untuk sesuatu yang membawa berkat.

Ajar aku menghitung hari-hariku sedemikian,
Hingga aku beroleh hati yang bijaksana.

(J) 2009

~Ajar Aku Tuhan~


Satu hari di hari Minggu saya datang ke gereja dan saya duduk di belakang seorang oma. Saya amati dia... saya kenal dia... rambutnya putih, kulitnya sudah keriput, badannya sudah agak membungkuk, dan memakai baju hangat karena mungkin sudah tidak tahan dengan angin yang dikeluarkan AC. Oma itu rajin datang ke gereja, dia akan duduk di bangku deretan depan dari awal ibadah sampai akhir dia tetep di tempatnya. Semangatnya luar biasa untuk datang beribadah. Namun saya melihat dia kelihatan semakin tua. Ya mungkin hari ke hari dia semakin menua.
Saya merenung... semakin hari saya juga akan semakin bertambah umur dan semakin tua. Saya jadi ingat Firman Tuhan yang berbunyi “Masa hidup kami tujuh puluh tahun dan jika kami kuat, delapan puluh tahun, dan kebanggaannya adalah kesukaran dan penderitaan:sebab berlalunya buru-buru dan kami melayang lenyap.” Seingat saya Firman itu ada di dalam Mazmur 90. Saya langsung membuka Alkitab dan benar memang ada di pasal tersebut pada ayat sepuluh.
Saya tertegun, ternyata masa hidup saya adalah tujuh puluh tahun, kalau kuat delapan puluh tahun dan kalau lebih dari itu adalah bonus dari Tuhan. Saya berpikir, “Ah, oma itu sudah berumur 70 tahun. Rambutnya sudah memutih dan pastinya sudah banyak pengalaman yang dia telah lalui. Sepertinya oma itu sedang menghitung hari-harinya supaya setiap hari yang dijalani semakin berarti  dan indah di dalam Tuhan.
Saya membaca ayat selanjutnya dari Mazmur 90 ayat 11. “Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana.” Wah ternyata saya harus menghitung hari-hari saya. Waktu terus berjalan, hari terus berlalu, tanpa bisa dihentikan atau diputar ulang dan tanpa terasa umur saya terus bertambah. Pada akhirnya saya akan mencapai waktu akhir saya.
Saya bertanya-tanya dalam hati, “Apa yang harus saya lakukan supaya saya dapat menggunakan hari-hari saya dengan bijaksana? Sehingga hari-hari yang saya lalui sangat berarti?” Saya diingatkan dengan Firman Tuhan dari Efesus 5:15-17. Saya buka Alkitab saya lagi, saya baca... “Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif, dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat. Sebab itu janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan.”
Hmmm... saya harus mengunakan waktu-waktu yang ada dengan hidup seperti orang arif, yaitu dengan mengerti kehendak Tuhan. Bagaimana saya dapat mengerti kehendak Tuhan? Saya harus mengenal isi hati Tuhan. How? Berkomunikasi dengan Tuhan. Dilakukan dengan cara bersekutu tiap hari dengan doa dan 4M Firman Tuhan. Kapan? Mulai dari sekarang sehingga setiap hari saya lebih berharga dan dipergunakan untuk kemuliaan Tuhan. (J)