Selasa, 02 Agustus 2011

Coklat Valentine


Sekarang sudah memasuki bulan kedua dari tahun 2008. Bulan Februari identik dengan bulan penuh cinta. Hmmm… konon katanya… hari raya Valentine jatuhnya tepat pada bulan ini, pada tanggal 14. Ada beberapa ritual khusus yang sering dilakukan untuk perayaan hari Valentine ini.
Saya jadi terkenang masa-masa SMP dan SMA. Kalau sudah masuk bulan Februari, seluruh sekolah sibuk menyiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan hari Valentine. Tidak terkecuali saya dan teman-teman. Kami sibuk memperbincangkan apa yang akan dilakukan pada tgl 14 Februari. Ada yang nyeletuk “Kencan dengan pasangan di sebuah restoran yang romantis”, ada juga yang bicara “Mau memberikan hadiah yang special untuk pasangan”. Wah wah wah, rasanya cinta menyebar pada setiap hati kita deh.
Kalau saya dan beberapa teman dekat, kita berpikir untuk membuat coklat atau membeli coklat atau bunga untuk dibagi-bagikan kepada teman-teman di kelas dengan ucapan selamat hari Valentine. Kadang kita saling berukar kartu Valentine saja. Pembagian dan pertukaran coklat atau kartu tersebut tidak terbatas hanya kepada teman laki-laki, tapi juga yang wanita, semua terlihat senang menerima pemberian tersebut, termasuk saya.
Memang, hari Valentine disebut-sebut sebgai hari kasih sayang dan identik dengan pasangan. Ada beberapa orang berpikir, kalau di hari Valentine masih men’jomblo’, rasanya tidak ‘asik’. Jadi, ada beberapa orang memanfaatkan momen Valentine ini untuk mengungkapkan rasa sayangnya kepada orang yang dia sayangi.
Namun, bukan hanya terbatas pada cinta kasih kepada orang lain yang harus saya mengerti dan pahami. Saya pun diingatkan untuk mengasihi Tuhan. Tuhan sudah mengasihi saya dengan mati di kayu salib. Dia sendiri adalah kasih seperti yang tertulis di 1 Yohanes 4:6 “Allah adalah kasih”. Kasih yang saya berikan kepada Tuhan tidaklah sebesar kasih yang Dia berikan, tapi saya mau belajar untuk mengasihi Dia.
Setelah saya mengasihi Tuhan, tentunya saya juga harus mengasihi sesama saya. Tetapi sebelumnya saya harus mengasihi diri saya terlebih dahulu. Bagaimana saya bisa mengasihi orang lain tapi diri saya sendiri saya tidak kasihi. Mengasihi diri saya sendiri bukan berarti saya harus egois, namun, mengasihi diri saya sendiri berarti saya harus bisa menerima diri saya apa adanya, seperti Tuhan menerima diri saya.
Lalu barulah saya mengasihi orang lain seperti saya mengasihi diri saya. Saya belajar untuk mengasihi orang lain seperti Tuhan mengasihi saya dan menerima diri saya. Memang sulit, apalagi orang lain itu berbeda dari diri saya, ada orang yang menurut saya ‘sulit’, ada orang yang menurut saya ‘aneh’, ada orang yang tidak saya mengerti, dll. Tapi semuanya harus saya kasihi seperti Tuhan memberikan perintah kepada saya.
“Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.”
Matius 22 : 37-39

Tidak ada komentar:

Posting Komentar