Selasa, 02 Agustus 2011

Antri Dong! Bebek Saja Bisa Antri!



Hari ini saya berada di pernikahan seorang teman. Pernikahan yang sederhana di restaurant biasa. Walaupun begitu, cukup meriah juga. Tamu banyak yang hadir, teman-teman juga. Seperti biasa, saya bercengkerama dengan beberapa teman, karena jarang kami jarang bertemu.

It's time to eat. Di pesta pernikahan makanan pasti terbagi menjadi 2, yaitu makanan prasmanan dan makanan pondokan (istilah yang sedikit aneh). Makanan prasmanan dikategorikan dalam makanan yang disajikan dalam satu meja panjang dengan berbagai macam masakan dan tentunya ada nasi, istilahnya makanan yang 'berat'. Makanan pondokan disajikan per booth/tenda, biasanya setiap booth akan menyediakan satu macam menu masakan; misalnya sate, dimsum, empek-empek, sup, dll.

Pastinya saya juga tidak ketinggalan untuk mengantri. Padahal baru saja MC bilang supaya makanan dibuka, tapi antrian sudah panjang. Terlebih lagi pada booth-booth yang menyediakan makanan yang hanya ditemui (tepatnya mumpung) pada saat pernikahan -seperti kambing guling atau bebek peking - antriannya sudah panjang sekali. Alhasil saya mendapat tempat cukup belakang dan setelah sampai depan makanannya sudah habis. Oh, wasting my time. Seharusnya bisa ngantri di booth lain. Sekarang kalau ngantri di booth lain sudah dapat di belakang juga. Kalau sudah begini saya memutuskan untuk melihat sekeliling, siapa tau ada booth yang sepi (biasanya si karena sudah habis atau makanannya kurang diminati) atau booth yang masih banyak makanannya lalu saya mengambil makanan dari booth tersebut.

Tapi oh tapi, sayang sekali pernikahan teman saya dicoreng dengan ulah beberapa orang. Saya sebut beberapa orang karena yang saya alami saja sudah tiga kali, mungkin ada kejadian lain lagi. Saya sedang mengantri di salah satu booth, cukup panjang memang, tapi makanan yang disediakan oleh pengantin cukup banyak, jadi rasanya masih bisa untuk antrian yang panjang tersebut. Tiba-tiba ada tiga orang wanita (sudah cukup tua juga) yang menyerobot di depan saya, mereka langsung mengambil piring dan dengan tidak bersalahnya mereka berdiri di depan saya. Ini kejadian yang pertama, ya sudah saya kasih, walaupun rada gondok tapi saya pikir mereka mungkin lapar (bisa aja mereka puasa dari pagi) atau mereka 'ndeso' belum pernah mencoba makanan tersebut.

Setelah itu saya mengantri di booth lainnya. Cukup panjang juga, tapi saya tetap mengantri dari urutan terakhir. Saya berpikir kalau tidak dapat ya sudah, bukan sesuatu yang harus disesali. Jiah (¬_¬˚) teteup aja ada yang nyelak (bahasa lain dari menyerobot), di depan saya lagi. Jujur aja mulai kesel, "haduhhhh! Pada gak tau sopan sopian, eh salah, sopan santun ya?!" Saya mendekatkan diri dengan orang di depan saya supaya orang tersebut tidak bisa masuk dan saya juga sempat bicara rada keras dengan saudara saya yang ikut antrin, "Sepertinya makanannya masih banyak. Pada takut kehabisan kali ya?" sambil lirik ke orang tersebut. Yaaahhhh tidak mempan juga ternyata, dia tetep nyerobot. Kali ini untungnya tidak di depan saya tapi di belakang saya, karena saya sudah mepet-mepet dengan orang di depan saya.

Setelah selesai makan makanan pondokan (pondokan cuma makan 3 menu ukuran kecil) saya beralih ke makanan prasmanan. Masih panjang juga antriannya tapi tidak sepanjang antrian di booth dan saya tetap ikut antrian. Saya berpikir kalau makanan prasmanan biasanya masih banyak. Ttttaaaaapppppiiiiii!!! Teteup aja ada yang nyerobot. Arrrkkhhhh! Parah! Antrian gak panjang, makanan masih ada. Takut apa sih? Apa salahnya ngantri? Apa mereka takut liat saya ya, takut makanan habis sama saya?? "Gak segitunya kaleee"

Geregetan deh lihatnya, apa ya yang ada dalam pikiran mereka menyerobot antrian supaya mendapat lebih dulu? Laper? Takut kehabisan? Norak? Ndeso? Tidak mau rugi? Halah, tidak jelas deh. Tapi kan itu budaya yang tidak baik banget. Orang lain sudah dengan sabar mengantri walaupun antriannya cukup panjang, tapi tiba-tiba ada yang main masuk antrian dan maunya mendapatkan lebih dulu, apa itu tidak membuat orang menjadi kesal?

Saya dulu pernah melakukan hal tersebut, namun seiring waktu saya sadar bahwa hal tersebut bukanlah budaya yang baik. Budaya yang baik adalah budaya yang tertib, salah satunya adalah mengantri. Dengan mengantri kita juga menciptakan suasana yang nyaman dan damai, karena tidak ada omelan dari orang-orang yang diserobot tempatnya.

Kalau sedang mengantri saya selalu ingat salah satu iklan layanan masyarakat yang terpampang di billboard. Ada beberapa bebek yang sedang berjalan beriringan menuju suatu tempat (lupa tempatnya apa) namun mereka berbaris rapi. Diatas gambar bebek tersebut tertulis kata-kata "Bebek saja bisa antri." Nah, bebek saja bisa antri kenapa kita tidak? Kita lebih berbudaya dan lebih mulia kok dari bebek.

31 Juli 2011
(J)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar