Senin, 18 Juli 2011

Berasal dari Hati??

Sekali waktu suami saya bercerita kepada saya. Hari itu dia pergi ke salah satu bank di Jakarta untuk mengambil uang. Pada saat dia akan melangkah masuk, ada satpam yang sudah berdiri membukakan pintu untuk dia. Satpam itu menyapa, “Selamat siang, Pak..” dengan suara lantang. Lanjut lagi satpam itu bertanya, “Ada yang bisa dibantu, Pak?”. Sumai saya hanya menjawab seadanya, namun dijawab oleh satpam tersebut, “Silahkan, Pak.” sambil tangannya menunjuk ke dalam.

Selama suami saya mengantri, tentunya ada beberapa orang yang keluar masuk bank tersebut. Dia mendengar salam, kata-kata dan ujaran dari satpam penjaga pintu tersebut. “Selamat siang, Pak.” “Ada yang bisa dibantu, Pak?” “Terima kasih, Bu.” “Terima kasih atas kunjungannya, Bu.” “Selamat jalan, Pak.” Kata-kata tersebut selalu berulang untuk orang yang keluar masuk bank dan diucapkan dengan nada dan intonasi yang monoton. Suami saya mendengar ucapan yang keluar dari mulut satpam tersebut, tertawa kecil. Dia juga menceritakan hal tersebut kepada saya dengan tertawa lebar. Saya pun setelah diceritakan langsung tertawa, dan saya menyarankan lain kali keluar masuk saja, pasti kata-kata yang sama yang akan diucapkan. Cape deh. Hahahaha.....

Ada lagi, suatu saat saya bersama suami pergi ke Bogor, kami makan di salah satu restoran yang cukup terkenal.Awal pertama kami menjejakkan kaki di teras restoran, sudah ada suasana nyaman. Kami mengambil tempat di tingkat dua. Setelah kami duduk, ada pelayan yang memberikan kami menu dan mencatat pesanan kami. Bukan soal makanannya yang membuat kami terkesan, tapi pelayanan dari restoran tersebut. Sebelum kami pulang, tentunya kami membayar terlebih dahulu, suami memberikan uang yang lebih dari harga yang ada di bon.

Ini Pak kembaliannya, mohon dihitung kembali.” kata-kata kasirnya diiringi dengan senyuman. “Terima kasih ya, Pak. Lain kali datang lagi. Hati-hati di jalan.” Kami pun berpisah dengan senyuman puas. Kami segera masuk ke mobil untuk balik ke Jakarta. Pada saat kami akan membayar uang parkir ke petugas parkir, petugas parkirnya menyatukan kedua telapak tangannya dan berkata, “Parkir gratis, Bos. Silahkan jalan, hati-hati di jalan.” Kami berdua tersenyum lagi, kami tambah terkesan lagi dengan pelayanan di restoran tersebut, rasanya puas sekali kami pergi kesana.

Saya berdua dengan suami segera membandingkan antara kedua kejadian di atas. Kami melihat perbedaan yang sangat mendasar dari pelayanan di kedua tempat tersebut. Kami merasakan kalau pelayanan satpam bank terkesan dipaksakan, namun pelayanan orang-orang di restoran berasal dari hati yang memang ingin memberikan kepuasan kepada orang yang datang. Kami langsung membandingkan dengan pelayanan kami kepada Tuhan. Kadang kami merasa terpaksa sehingga hati kami merasa terbebani, yang seharusnya…. pelayanan itu berasal dari hari, hati yang melayani Tuhan. (J)

Layanilah seorang akan yang lain, sesuai dengan karunia yang telah diperoleh tiap-tiap orang sebagai pengurus yang baik dari kasih karunia Allah."
I Petrus 4:10

Tidak ada komentar:

Posting Komentar